Jumat, 15 Juli 2011

Kecelakaan membuat aku mengerti Tuhan

Sumber Kesaksian: Eddy Lim (Jawaban.com)
Kejadian naas itu terjadi pada tanggal 15 April 2005, saat itu saya baru selesai makan siang. Saya lihat pekerjaan anak buah saya belum selesai, karena mereka lagi makan siang. Pikir saya daripada kasihan mereka pekerjaan belum selesai, apa yang saya bisa bantu saya mau lakukan. Maksud saya waktu itu nanti setelah saya bantu pekerjaannya mungkin dia bisa melanjutkan pekerjaan yang lainnya. Kejadiannya sekitar 500 m dari rumah saya, daerah Sunter. Ledakan terjadi, karena saya memotong bekas drum oli, saya pikir bekas drum oli sudah terbiasa dipotong atau digerinda, ternyata drum bekas yang satu ini bekas bahan kimia, jadi ada gas yang mau keluar. Ketika saya gerinda ada percikan api, percikan api itu memicu ledakan itu, saya waktu itu memotong bagian bawah, tapi dibagian atas meledak karena ada tekanan gas. Drumnya langsung menghantam mata saya dan saya koma.
Saya langsung dibawa kerumah sakit, saya disuntik morfin, supaya saya tidak terlalu merasa kesakitan, karena kecelakaan itu membuat saya sangat kesakitan sekali, meskipun saya diikat pun, saya masih terus meronta karena sakitnya. Akhirnya saya langsung dibawa kerumah sakit Mitra Kemayoran Jakarta.
Megawati Lim (Istri Eddy): Begitu mendengar kabar suami saya, awalnya saya tidak bisa terima. Saya bilang, apa salah suami saya? Kenapa sih Tuhan? Saya juga ga jahat sama orang… Tapi banyak teman-teman seiman yang menguatkan, dan mengatakan bahwa pencobaan-pencobaan yang diberikan tidak melampaui kekuatan kita. Karena Tuhan punya maksud… Dan saya merasa waktu itu memang Tuhan menguatkan saya…
Saya dioperasi di Singapura
Selama seminggu saya dalam keadaan koma, setelah sadar saya masih bisa membayangkan peristiwa terakhir yang terjadi pada saya. Saya di Jakarta sekitar 23 hari, setelah sadar saya sudah lihat siapa saja yang datang, operasi yang dilakukan di Indonesia adalah operasi untuk membuang mata saya, karena ledakan itu membuat bola mata saya hancur dan banyak darah yang keluar. Setelah operasi selesai dilakukan ternyata kondisi badan saya lemah, sampai beberapa hari keadaan tubuh saya tetap lemah, saat itu saya merasa mengapa sudah 23 hari kondisi saya tidak baik, semakin hari malahan semakin buruk, makan saja masih bisa lemas, ternyata setelah diperiksa tulang saya dimuka ini pada hancur layaknya kalau kaca pecah seperti pecah seribu.
Akhirnya operasi kemudian dilakukan di Singapur untuk merekonstruksi tulang muka saya. Operasi yang dilakukan adalah dengan membuka kepala saya, tulang-tulangnya dibetulkan, dilem, engsel-engsel gigi juga… Pada akhirnya puji Tuhan operasi berjalan dengan baik dan luar biasa berjalan lancar. Selesainya operasi dan pengobatan di Singapur hanya 5 hari, tapi untuk berobat jalan beberapa hari.
Sepuluh hari saya di Singapore dan kemudian balik lagi ke Indonesia, dan perawatan dirumah tinggal menghabiskan obat yang tersisa. Pada saat saya di Singapore kondisi badan saya lemah. Mata saya yang berfungsi cuma satu, dan satunya dibiarkan saja dan memakai biji mata palsu. Biji mata palsu dipakai supaya jangan orang melihat mata saya jadi ngeri, biji mata palsu itu harganya cukup mahal. Apalagi perawatannya, kalau kotor setahun sekali saya ganti yang baru karena sudah mulai kasar, maka akhirnya saya beli yang baru. Melalui peristiwa ini saya menyadari bahwa Tuhan tetap menolong hidup saya, dengan masih bisanya saya melihat. Kesehatan saya juga berangsur-angsur pulih dan semakin tambah baik. Di Singapore saya belum dikasih tahu kalau kondisi mata saya tidak dapat melihat lagi satunya.
Megawati Lim: Yang paling saya takutkan itu, saya takut dia tidak bisa terima kondisinya… Saya doa bilang, “Tuhan, saya sayang dia, saya mau terima dia apa adanya… Tuhan, tolong jangan buat Eddy murtad…”
Bahkan istri saya bilang kalau misalnya jahitan matanya dibuka dan suami saya meronta tolong di kasih suntikan penenang saja, karena istri saya takut pada akhirnya saya ngamuk dan tidak bisa menerima kenyataan. Tapi setelah saya tahu bahwa saya buta, yang saya rasakan saat itu adalah saya bisa menerima. Saya langsung diingatkan Tuhan mengenai kisah Ayub yang menguatkan saya, karena Ayub saja yang mempunyai banyak penderitaan yang lebih berat saja bisa menerima segala sesuatunya. Jadi saya cuma mengucap syukur saja, Puji Tuhan karena selama ini saya sudah banyak menerima banyak hal dalam hidup saya.
Selama berminggu-minggu dirawat di RS, baik di Jakarta maupun di Singapura, telah menghabiskan biaya sebanyak kurang lebih 500 juta rupiah. Namun di saat Eddy dan Mega bersatu berseru kepada Tuhan, keajaiban demi keajaiban terjadi.
Megawati Lim: Setiap hari ada saja pertolongan dari Tuhan. Sejak kejadian dibawa keluar ke Singapur, semua dana yang dibutuhkan sama sekali tidak mengambil dari uang tabungan kami, dan saya percaya Allah tidak pernah berhutang. Selalu ada saja bantuan yang datang buat keluarga kami. Saya juga semakin mengasihi Eddy, sebagai seorang istri saya yang merawat dia, suapin dia makan, doain dia, peluk dia, saya berjuang untuk dia, kalau bukan saya yang tulang rusuknya, siapa lagi, itu pikir saya.
Setelah menjalani perawatan di Singapur, berangsur-angsur kesehatan Eddy dipulihkan Tuhan secara total. Saat ini, dampak dari kecelakaan itu tidak tampak pada diri Eddy. Bahkan Tuhan menambah-nambahkan hikmat dan kepandaian kepada Eddy dalam mengembangkan bisnisnya.
Yang saya tahu kecelakaan ini malahan membuat saya memiliki kepintaran yang lebih lagi, mungkin karena saya mau menerima ini semua kejadian dengan mengucap syukur. Saya bersyukur karena saya masih dipercayakan satu mata, saya masih bisa pakai baju sendiri, bekerja dan berjalan sendiri,… Hal yang tidak mungkin, ketika menjadi mungkin, itulah yang namanya mukjizat… Tuhan dasyat dalam hidup saya, karena kecelakaan itu membawa sesuatu yang lebih berarti lagi bagi hidup saya…
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar