Selasa, 03 April 2012

Iman yang mengalahkan kelumpuhan

Sumber Kesaksian: John Winata (Jawaban.com)
Mujizat pasti dialami oleh mereka yang hidup di dalam Tuhan. Demikian keyakinan John Winata. Setelah mengalami kecelakaan dasyat yang nyaris merenggut nyawanya, ia mengalami mujizat kesembuhan. Peristiwa itu akhinya membawa John kembali kepada Tuhan dan melayani-Nya. Berikut kisahnya.
John Winata mulai aktif di reli (rally) sejak tahun 1987 sampai tahun 1994. Awal ketertarikannya dengan reli adalah karena faktor pergaulan. Pada tahun 1980-1986, John sering mengikuti kompetisi motor-cross dan beralih ke reli tahun 1987.
Pada tahun 1991, John pindah ke Jakarta untuk melanjutkan karier di dunia reli. Namun, ia merasa tidak maksimal secara prestasi, sehingga ia memilih menjadi manager tim pada tahun 1994. Pada tahun 1995-1997, ia pun menjadi manager pereli nasional Tonny Hardyanto (Impressa Motorsport) dan pada saat bersamaan, ia menjabat sebagai Dirut Impressa Motorsport.
Pergaulan dalam dunia reli mobil membuatnya terjerumus dalam dunia perjudian, tepatnya judi kasino. Kebiasaannya itu terutama bila ia bepergian ke luar negeri dalam rangka kompetisi reli, seperti saat diadakannya World Rally Championship di Perth, Australia.
John Winata: Sampai sekarang pun di Indonesia ini kan memang nggak ada kasino ya. Tapi, karena di negara orang ada kasino, ya jadi pengen tahu. Malam pertama sudah di kasino, malam kedua di kasino, malam terakhir, masih di kasino juga. Jadi, kurang tidur. Akhirnya, saya dengan teman saya yang menyupiri saya itu sama-sama nggak tidur. Akhirnya, kita berangkat mau kerja ngurusin reli, di situ fisik kita hari terakhir sudah down. Teman saya itu mengatakan kalau capek, tidur aja. Saya tidur, saya nggak tau apa-apa. Jadi, di dalam mobil, semenjak berangkat, saya tuh tidur.
Perjudian kasino itu pula yang akhirnya membawa petaka bagi dirinya. Pada tanggal 18 September 1994, jam 6 pagi waktu Perth, John dan seorang teman mengalami kecelakaan mobil. Saat itu, teman John mengendarai mobil dalam keadaan mabuk dan mengantuk. Mobil yang mereka kendarai terbalik sebanyak 8 kali dan menabrak pohon.
Bila melihat kondiri mobil, rasanya mustahil John dan temannya dapat selamat. Demikian pula pendapat Irwawan Poedjadi, salah satu teman John. Ia bahkan tidak dapat menahan tangis saat menceritakan pengalamannya saat melihat kondisi sahabatnya yang masih terjebak di mobil.
Irwawan Poedjadi: Saya kaget, itu mobil udah tidak berbentuk. Ternyata, pengendaranya tuh udah nggak ada di tempat duduk, yang saya lihat adalah Saudara John dia ada di bawah kursi. Jadi, dia di bawah, tidur. Nah, Dia masih terikat ke seatbealt dan kursinya udah terpental ke mana. Dan dia tidak bisa dibuka, dan ini (perlu) cukup waktu kira-kira hampir 20 menit untuk (seatbealt) dia itu dibuka, dikeluarkan dari dalam. Saya teriak-teriakin, hei John, bangun. cuman.. bangun… bangun… bangun.. dan saya nangis. Terus seingat saya lagi, dia nggak… (menangis).
Namun, John tidak menyadari seberapa dasyat kecelakaan itu akan mempengaruhi hidupnya. Ia baru tersadar setelah berada di rumah sakit.
John Winata: Saya bangun, saya sudah di rumah sakit. Saya bahkan tidak merasa bahwa leher saya ini tulangnya patah. Saya masih pikir, kenapa saya ini pakai collar yang mengikat leher saya ini. Saya pikir, saya mau bangun, saya usahakan mau bangun. Ternyata, saya nggak bisa bangun. Yang kata orang kalau pusing itu tujuh keliling, itu bener. Itu ruangan seperti keliling, saya seperti naik pesawat, muter-muter manuver gitu. Saya baru tahu kalau saya itu mengalami kecelakaan.
Nyawa John masih tertolong, meski sempat mengalami koma selama 24 jam. Namun, ia harus mengalami patah tulang leher, pergeseran tulang pinggang bahkan tempurung kaki kirinya terlepas. Kepalanya pun diberi penyangga agar tulang leher John bisa masuk kembali. Dokter pun memberikan diagnosa yang sangat mengguncangkan John, yaitu bahwa ia akan lumpuh seumur hidup.
John Winata: Dan waktu itu, kaki kiri saya, dari mulai paha sampai ujung kaki itu mati rasa, sama sekali mati rasa. Bahkan saya, ininya (kepala) sudah dibaut, ditarik, untuk membenarkan tulang saya ini.
Kecelakaan itu akhirnya memberikan hikmah kepada John. Ia pun sadar bahwa meski hidupnya tidak berkenan di hadapan Tuhan, Tuhan tetap mengasihi John. Sementara itu, di Indonesia, orang tua John meminta dukungan doa dari teman-teman gerejanya.
John Winata: Papa saya bilang, kamu tahu nggak, ini satu gereja doain kamu terus-menerus setiap malam, doain saya terus. Saya langsung merasakan, saya yakin kalau Tuhan campur tangan, karena saya nggak tahu mau andalkan siapa lagi. Tetapi, Papa saya cukup menguatkan saya, kamu pasti sembuh. Kalau Tuhan mau menyembuhkan kamu, kamu pasti sembuh. Di situlah saya, setiap malam, saya mau tidur, saya berdoa. Di situ saya lebih inget sama Tuhan. Dan di situ saya baru belajar, saya baru tahu kalau doa itu begitu kuat, begitu luar biasa.
Dukungan keluarga dan orang-orang terdekat membuat harapannya bangkit. Semangat John untuk sembuh dari lumpuh dibuktikan dengan melatih otot-otot kakinya. Setelah satu setengah bulan dirawat di Australia, John pulang ke Indonesia. Sesampainya di bandara, ia disambut oleh kedua orang tuanya. Sambutan keluarganya itu membuat John terharu dan semakin merasakan kebaikna Tuhan.
John Winata: Saya orang yang dulunya sangat bandel, boleh dikatakan, tidak pernah nangis, tetapi ketika itu, ibu saya berdiri di depan pintu, menerima saya. Ibu saya nangis, dan saya waktu itu, saya juga nangis. Sampai sekarang pun saya masih ingat. Saya nangis bukan karena lihat ibu saya nangis, tapi saya menganggap ibu saya yang melahirkan saya yang melahirkan saya aja nangis, apalagi Tuhan yang menciptakan saya. Karena, saya percaya ini bukan cobaan dari Tuhan, karena saya lari daripada Tuhan. Tuhan justru sayang sama saya, makanya saya dipelihara.
Keyakinan itu juga yang membuat John semakin bersemangat untuk sembuh. Ia pun berusaha melatih otot-otot kakinya.
John Winata: Saya nggak boleh menangis, diam, menangis kepada Tuhan. Ya nggak boleh. Saya harus berjuang. Saya berjuang. Di saat itu, saya menyerahkan bener-bener 100% kepada Tuhan. Apa pun yang terjadi, terserah deh. Pokoknya, saya mau sembuh.
Setelah melalui terapi dan proses yang panjang, John mulai merasakan perubahan pada kakinya. Iman dan ketekunannya membuahkan hasil. Saat ia kembali melakukan check up di Australia, dokter yang dulu menanganinya kaget karena John sudah bisa saya bisa berjalan bahkan berlari. Dokter itu mengakui kesembuhan itu merupakan hal yang tidak lazim dan merupakan keajaiaban. John menanggapinya dengan mengatakan bahwa Tuhan Yesus lah yang menyembuhkan dia.
Tak hanya dokter yang menanganinya di Australia, sahabatnya pun tak percaya melihat kesembuhan John.
Irwawan Poedjadi: Pada saat di rumah sakit di sana, dokter-dokter di sana tidak pernah percaya penyembuhannya dia lebih cepat daripada halnya orang yang normal. Itu nggak tahu itu mujizat Tuhan ya. Wah saya surprise, saya teriak loh, kok bisa jalan lo?! Praise the Lord, dia bisa cepat sembuh dan jalan. Dia tidak kelihatan seperti orang cacat. Tidak pernah kelihatan dia pernah ngalamin kecelakaan dan dia gemuk sekarang, hidupnya senang.
Setelah mengalami kesembuhan, John pun meninggalkan pekerjaannya sebagai manager tim reli pada tahun 1998. karena, menurutnya pekerjaan itu banyak menyita waktunya di hari Minggu. Ia pun memulai usaha di bidang periklanan. Selain itu, ia pun melayani Tuhan dengan menjadi pemain drum di gereja.
John Winata: Orang yang hidup di dalam Tuhan, pasti mengalami mujizat besar.
“Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” (Yesaya 53:5)

Jumat, 15 Juli 2011

Kecelakaan membuat aku mengerti Tuhan

Sumber Kesaksian: Eddy Lim (Jawaban.com)
Kejadian naas itu terjadi pada tanggal 15 April 2005, saat itu saya baru selesai makan siang. Saya lihat pekerjaan anak buah saya belum selesai, karena mereka lagi makan siang. Pikir saya daripada kasihan mereka pekerjaan belum selesai, apa yang saya bisa bantu saya mau lakukan. Maksud saya waktu itu nanti setelah saya bantu pekerjaannya mungkin dia bisa melanjutkan pekerjaan yang lainnya. Kejadiannya sekitar 500 m dari rumah saya, daerah Sunter. Ledakan terjadi, karena saya memotong bekas drum oli, saya pikir bekas drum oli sudah terbiasa dipotong atau digerinda, ternyata drum bekas yang satu ini bekas bahan kimia, jadi ada gas yang mau keluar. Ketika saya gerinda ada percikan api, percikan api itu memicu ledakan itu, saya waktu itu memotong bagian bawah, tapi dibagian atas meledak karena ada tekanan gas. Drumnya langsung menghantam mata saya dan saya koma.
Saya langsung dibawa kerumah sakit, saya disuntik morfin, supaya saya tidak terlalu merasa kesakitan, karena kecelakaan itu membuat saya sangat kesakitan sekali, meskipun saya diikat pun, saya masih terus meronta karena sakitnya. Akhirnya saya langsung dibawa kerumah sakit Mitra Kemayoran Jakarta.
Megawati Lim (Istri Eddy): Begitu mendengar kabar suami saya, awalnya saya tidak bisa terima. Saya bilang, apa salah suami saya? Kenapa sih Tuhan? Saya juga ga jahat sama orang… Tapi banyak teman-teman seiman yang menguatkan, dan mengatakan bahwa pencobaan-pencobaan yang diberikan tidak melampaui kekuatan kita. Karena Tuhan punya maksud… Dan saya merasa waktu itu memang Tuhan menguatkan saya…
Saya dioperasi di Singapura
Selama seminggu saya dalam keadaan koma, setelah sadar saya masih bisa membayangkan peristiwa terakhir yang terjadi pada saya. Saya di Jakarta sekitar 23 hari, setelah sadar saya sudah lihat siapa saja yang datang, operasi yang dilakukan di Indonesia adalah operasi untuk membuang mata saya, karena ledakan itu membuat bola mata saya hancur dan banyak darah yang keluar. Setelah operasi selesai dilakukan ternyata kondisi badan saya lemah, sampai beberapa hari keadaan tubuh saya tetap lemah, saat itu saya merasa mengapa sudah 23 hari kondisi saya tidak baik, semakin hari malahan semakin buruk, makan saja masih bisa lemas, ternyata setelah diperiksa tulang saya dimuka ini pada hancur layaknya kalau kaca pecah seperti pecah seribu.
Akhirnya operasi kemudian dilakukan di Singapur untuk merekonstruksi tulang muka saya. Operasi yang dilakukan adalah dengan membuka kepala saya, tulang-tulangnya dibetulkan, dilem, engsel-engsel gigi juga… Pada akhirnya puji Tuhan operasi berjalan dengan baik dan luar biasa berjalan lancar. Selesainya operasi dan pengobatan di Singapur hanya 5 hari, tapi untuk berobat jalan beberapa hari.
Sepuluh hari saya di Singapore dan kemudian balik lagi ke Indonesia, dan perawatan dirumah tinggal menghabiskan obat yang tersisa. Pada saat saya di Singapore kondisi badan saya lemah. Mata saya yang berfungsi cuma satu, dan satunya dibiarkan saja dan memakai biji mata palsu. Biji mata palsu dipakai supaya jangan orang melihat mata saya jadi ngeri, biji mata palsu itu harganya cukup mahal. Apalagi perawatannya, kalau kotor setahun sekali saya ganti yang baru karena sudah mulai kasar, maka akhirnya saya beli yang baru. Melalui peristiwa ini saya menyadari bahwa Tuhan tetap menolong hidup saya, dengan masih bisanya saya melihat. Kesehatan saya juga berangsur-angsur pulih dan semakin tambah baik. Di Singapore saya belum dikasih tahu kalau kondisi mata saya tidak dapat melihat lagi satunya.
Megawati Lim: Yang paling saya takutkan itu, saya takut dia tidak bisa terima kondisinya… Saya doa bilang, “Tuhan, saya sayang dia, saya mau terima dia apa adanya… Tuhan, tolong jangan buat Eddy murtad…”
Bahkan istri saya bilang kalau misalnya jahitan matanya dibuka dan suami saya meronta tolong di kasih suntikan penenang saja, karena istri saya takut pada akhirnya saya ngamuk dan tidak bisa menerima kenyataan. Tapi setelah saya tahu bahwa saya buta, yang saya rasakan saat itu adalah saya bisa menerima. Saya langsung diingatkan Tuhan mengenai kisah Ayub yang menguatkan saya, karena Ayub saja yang mempunyai banyak penderitaan yang lebih berat saja bisa menerima segala sesuatunya. Jadi saya cuma mengucap syukur saja, Puji Tuhan karena selama ini saya sudah banyak menerima banyak hal dalam hidup saya.
Selama berminggu-minggu dirawat di RS, baik di Jakarta maupun di Singapura, telah menghabiskan biaya sebanyak kurang lebih 500 juta rupiah. Namun di saat Eddy dan Mega bersatu berseru kepada Tuhan, keajaiban demi keajaiban terjadi.
Megawati Lim: Setiap hari ada saja pertolongan dari Tuhan. Sejak kejadian dibawa keluar ke Singapur, semua dana yang dibutuhkan sama sekali tidak mengambil dari uang tabungan kami, dan saya percaya Allah tidak pernah berhutang. Selalu ada saja bantuan yang datang buat keluarga kami. Saya juga semakin mengasihi Eddy, sebagai seorang istri saya yang merawat dia, suapin dia makan, doain dia, peluk dia, saya berjuang untuk dia, kalau bukan saya yang tulang rusuknya, siapa lagi, itu pikir saya.
Setelah menjalani perawatan di Singapur, berangsur-angsur kesehatan Eddy dipulihkan Tuhan secara total. Saat ini, dampak dari kecelakaan itu tidak tampak pada diri Eddy. Bahkan Tuhan menambah-nambahkan hikmat dan kepandaian kepada Eddy dalam mengembangkan bisnisnya.
Yang saya tahu kecelakaan ini malahan membuat saya memiliki kepintaran yang lebih lagi, mungkin karena saya mau menerima ini semua kejadian dengan mengucap syukur. Saya bersyukur karena saya masih dipercayakan satu mata, saya masih bisa pakai baju sendiri, bekerja dan berjalan sendiri,… Hal yang tidak mungkin, ketika menjadi mungkin, itulah yang namanya mukjizat… Tuhan dasyat dalam hidup saya, karena kecelakaan itu membawa sesuatu yang lebih berarti lagi bagi hidup saya…
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)

Minggu, 03 Juli 2011

Sembuh dari Leukimia

Shalom,
nama saya ada Farah Nasution, saya sekarang tinggal di surabaya bersama suami saya, kesaksian saya dimulai ketika suami saya mulai merasakan sakit pada gusi dan sakit disekitar rahangnya serta semua badanya , lalu karena telalu sakit, kami pergi ke dokter untuk memeriksa keadaan suami saya. saat itu suami saya di scanning dan terdeksi bahwa suami saya terkena Leukimia.

VONIS DOKTER 
Dokter mengatakan bahwa suami saya harus segera menjalani perawatan intensif, dan akhirnya kami melakukannya, tapi setelah 2 bulan menjalani perawatan , keadaan suami saya sangat menurun, dan dokter memberikan vonisnya bahwa suami saya dapat mengalami koma karena keadaan tubuhnya sudah banyak terganggu , jadi dokter menyarankan saya untuk melakukan perawatan ke luar negeri 
MUJIZAT TERJADI
saya sempat kehilangan harapan, karena saat itu kami adalah orang percaya yang baru dan masih dalam cinta yang mula-mula, namun yang kami sesalkan kenapa kami harus mengalami perncobaan yang seberat ini. akhirnya suami saya dibawa ke Singapore untuk perawatan lebih lanjut, tapi sampai disana suami saya tidak lebih baik, yang lebih membuat saya putus harapan adalah suami saya menjadi koma. setelah itu saya menelepon anak saya yang berada di surabaya, dan hari itu anak saya katakan "mah, saya sudah  kirim ke apartement mama, sapu tangan dari Tuhan Yesus " , saya hanya menjawab "ya, nak , nanti mama liat " . ketika beberapa minggu kemudian, paket kiriman itu  datang, saya lihat sebuah sapu tangan dan surat, surat ini adalah cerita anak saya tentang sapu tangan itu . anak saya menulis 
Mah , waktu itu saya ke Gereja , dan pembicara saat itu adalah Pdt. Alex Abraham, dan beliau sedang menjelaskan tentang KUASA TUHAN dan ada satu kisah yang beliau ceritakan adalah tentang sapu tangan Paulus. pulang ibadah, saya membawa sapu tangan saya kepada beliau dan meminta beliau berdoa supaya Tuhan memakai sapu tangan ini, untuk menyembuhkan papa. jadi dengan doa dan iman ,mama taruh sapu tangan ini dikepala papa ya, Tuhan Berkati
selesai membaca surat anak saya ini,iman saya bangkit dan dengan suara keras, saya membaca Kisah para rasul 19:12, setelah itu pada siang hari saya mendatangi rumah sakit, dan berbicara kepada suami saya yang sedang koma "papa pasti sembuh ! "dan saya taruh sapu tangan itu ke atas kepala suami saya, dan ketika saya taruh sapu tangan itu, seperti ada sengatan yang keluar dari tangan saya, dan suami saya mulai memerah dan hangat tubuhnya. setelah seminggu berlalu dari perisitiwa itu, saya sangat terkejut ketika suami saya sudah dapat melihat dan berkata-kata, sampai akhirnya dia sembuh total dan hari ini kami sekeluarga melayani Tuhan Yesus

kami percaya Mujizat masih ada dan kami bersyukur memiliki Tuhan yang hidup Yesus Kristus yang telah menyembuhkan suami saya dan saya juga terus berterimakasih kepada hambaNya Pdt. Alex Abraham yang dipakai Tuhan untuk mengalirkan kesembuhan kepada suami saya...
 Farah Nasution
( farahnasution@ymail.com )